فِيهِ ءَايَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَقَامُ إِبْرَاهِيمَ وَمَنْ دَخَلَهُ كَانَ ءَامِنًا وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (QS. Ali Imran: 97)
Orang yang secara syar’i mampu untuk melaksanakan ibadah haji akan tetapi tidak menjalankannya maka orang tersebut berdosa dan ketika meninggal dunia hanya ada dua pilihan yakni mati dalam keadaan yahudi atau nasrani atau dengan kata lain kafir.
Sisi Lain Rahasia Ibadah Haji
Sisi lain rahasia ibadah haji yang di maksud adalah, ada semacam keyakinan mayoritas ummat Islam bahwa ibadah haji adalah panggilan sang maha suci untuk datang ke baitullah. Hal ini di dasarkan atas kebenaran fakta –bukan aqli atau naqli- seringkali kita jumpai faktanya, ada orang yang kaya dan sehat tetapi belum terketuk pintu hatinya untuk datang memenuhi panggilan ilahi ke tanah suci. Karena itulah ibadah haji merupakan ibadah yang sangat sarat dengan rahasia ilahi. Yang pasti, secara syar’I orang yang telah mampu dan tidak melaksanakannya maka orang tersebut berdosa, apapun alasannya.
Jika ada sebagian orang yang beralasan ‘belum dipanggil oleh Allah’ maka terjawab dengan runutan sejarah, jauh sebelum datangnya keyakinan ini, Allah telah memerintahkan kepada Nabi Ibrahim setelah membangun ka’bah dari banjir bandang Nabi Nuh as, untuk memanggil semua ummat Islam, kejadian ini di abadikan oleh Allah di dalam Firman sucinya:
وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ.
Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh (al Hajj:27)
Ayat di atas menunjukkan bahawa panggilan Allah sudah dikumandangkan sejak dahulu. Dari sini kita mendapat dasar penting bahwa, kalau ada orang yang beralasan ‘belum mendapat panggilan’, menurut hemat panulis, bukan belum mendapat panggilan tetapi hati dan telinganya masih tertutup dari panggilan tersebut.
Mari kita dengarkan khitab agama yang luhur itu dengan tindakan berupa datang berbondong bondong dengan segenap kemampuan jiwa dan raga serta penyerahan yang super total kepada Allah untuk memenuhi undangannya. Dengan niat yang tulus hanya semata-mata kepada Allah insyaallah kita semua akan memperoleh hidangan Allah yang kita bawa berupa haji mabrur.
0 comments:
Post a Comment